Lebih Baik Kamu Berbicara Pada Cermin (daripada kepada orang-orang yang tidak bisa kamu percaya)
Tuhan Maha Adil.
Doktrin entahlah…
Kepada cermin,
Wahai aku yang tidak seperti kemarin dulu. Cahaya sesuatu ada dibelakangmu.
Pojok kanan atas kepalamu ada guratan yang aku sendiri tau, belum sembuh.
Buru-buru kamu seka air mata pemenang, walaupun kamu pernah divonis sebagai pecundang dihadapan kedok setan. Cerita dulu dan dulu sekali menjadi sebuah daftar yang pantas dibanggakan seburuk apapun itu. Kamu sadar semua yang tadinya misteri seperti drama di TV, suatu saat bisa malah riang bernyanyi. Dan ada pembuktian yang tidak perlu dikatakan…
Selalu memberkas bias dari semua proses yang kita hadapi.
Aku pernah melihatmu mengumpat sendiri. Meraung mencari.
Masih, dalam monitor redup dan lagu-lagu yang banyak orang lain tak tahu. Menyembunyikan muka sendu pertanda cemburu.
Sepi yang tidak bisa kamu pungkiri oleh keramaian. Keramaian yang bersulam lawan. Kamu tidak akan bertanya walaupun beberapa menjawab. Kamu dihadapkan pada pernyataan. Kamu pun menangis sendirian. Ketika sadar, bahwa musuh terbesar terletak pada emosi diri mu sendiri dan kawan terbaik adalah keputusan apapunmu itu. Kamu bisa membuat sesuatu yang tadinya mimpi.
Ini adalah proses sebab akibat.
Aku percaya di dirimu adalah ingin. Energimu tak bersisa dan tidak akan sia-sia. Ketika kebaikan adalah persepsi diri, namun tetap, mandiri dan berdiri sendiri itu adalah keputusan mutlak. Tanpa kamu sadari bahwa kamu adalah perempuan. Melibas bumi dengan tangan sendiri. Kamu pun bisa tersenyum simpul jika seseorang berotak keledai bisa diturunkan disini, walaupun aku tahu kamu pemalu. Segalanya mampu akan kamu lakukan dengan kemauanmu. Sorot lampu jalanan masih menerangi sepanjang jalanmu saat yang lain terpejam.
Kamu berusaha berpikir positif, menarik segala daya ke yang baik, melupakan keluh kesah, dan relaksasi.
Kemudian nanti kini, pahitnya tetap akan berbuah manis dan menjadi pengalaman bukan hiperbolis.
Jangan lupa bahwa hukum tarik menarik tetap berlaku sampai akhir jaman sekalipun.
Kini sangat jelas aku tahu, kamu adalah aku.
Hei jogja apakabar? @ 18 juni 2010
0 komentar