TOILET TRAINING BUKAN BEBAN
Beberapa orang tua takut memulai-mengajarkan anak BAB dan BAK pada
tempatnya. Termasuk aku! Padahal setelah dijalani, hal tersebut sama
sekali bukan beban lho. Serius. Habis gimana ya, pilihannya cuma dua, toilet
training sekarang atau tertunda-tunda dan makin susah. Aku sih pilih yang lebih
gampang ngaturnya. Masa' mau terus-terusan ngompol kan enggak?
Kalo lagi mood pakein popok, aku selang selingin dengan clodi berbagai merek seperti pipiku, bebibum, pempem, dan cluebebe. Untuk pemakaian clodi, aku kok merasa “podo wae ya?” Mengganti insert aja bisa 1-2 jam sekali, apa tidak mendingan ditatur sekalian?
Kalo lagi mood pakein popok, aku selang selingin dengan clodi berbagai merek seperti pipiku, bebibum, pempem, dan cluebebe. Untuk pemakaian clodi, aku kok merasa “podo wae ya?” Mengganti insert aja bisa 1-2 jam sekali, apa tidak mendingan ditatur sekalian?
Sedangkan merek disposable diapers aku fanatik
Goon, tapi kalo ada diskonan juga mamypoko, sweety, merries ngga papa deh. (Namanya
juga emak-emak).
Sebenernya, baik orang tua sendiri maupun mertua mengajarkan untuk
membiasakan bayi ditatur alias toilet training langsung. Tapi
kan itu metode orang tua zaman dulu sewaktu belum ada disposable diaper.
Aku pakein Alya popok instan, karena aku enggak pengen capek, pengen ngurus hal
lain, karena aku sama suamiku berdua sendiri loh ngurus rumah tangga.
Konon, pada jaman dahulu walaupun kecapekan, mereka masih bisa
sigap mengganti popok anak. Dan nyucinya pake tangan, ngga pake mesin cuci.
Ingat! Mereka lantas menyebut orang tua jaman sekarang pemalas. Oh, andai disposable
diapers umum digunakan sejak masa penjajahan belanda, tentu mereka lebih
legowo.
Alya memakai disposable diapers sejak umur 1 bulan, dengan alasan aku capek dan pengen praktis. Suami yang bertugas mencuci popok akhirnya sambat juga. Bayi boowwk, sehari bisa pipis puluhan kali, bikin nambah cucian dan nambah encok pegel linu.
Sehari bisa menghabiskan 4-5 popok instan, tergantung juga dengan
pola makan minum anak dan cuaca. Ukuran popok Alya waktu umur 1 bulan udah
ganti ke M. Umur 3 bulan pake L sampai kira-kira umur 9 bulan, dan sempat ke XL
selama kurang lebih 2 minggu, lalu balik lagi ke L.
Sebelum mau
ngajarin Toilet Training pada Alya, aku punya target waktu
yaitu saat Alya umur 18 bulan. Waktu yang menurutku sangat tepat karena anak
sudah bisa berkomunikasi. Tapi iseng sih, aku mempercepatnya saat Alya umur 15
bulan.
Ketika tahu Alya
kehabisan popok, aku bilang sama suami: "Toilet training sekalian
aja yuk!". Eeeeh tak disangka, ajakanku langsung diiyakannya. Tanpa
cacicu, tanpa pikir panjang, toilet training ini terjadi
langsung gitu aja. Yas! Dimulailah Toilet Training ini. Untuk yang pengen
tahu, step by step toilet training Alya kira-kira
seperti ini:
- Dengan tidak ada kesiapan apapun, hari itu juga Alya mengenal rasanya ngompol di celana. Sempat dia merasakan kebingungan dengan celananya yang basah, dan minta ganti celana. Disitulah tahap awal mengenal pipis.
- Kemudian, aku juga rutin tatur 2 jam sekali. Namun jika lalai sedikit dan cuaca nampak dingin, ngompol itu terjadi lagi. Fase ngompol ini berjalan sekitar 1 bulan.
- Alya pernah beberapa kali terpeleset pipisnya sendiri. Pernah juga sewaktu bermain masuk ke dalam container, dia pipis di dalamnya. Sesegera mungkin aku bersihkan dan pastikan baju dan mainan yang terkena ompol juga jangan sampai terlewatkan.
- Tahap selanjutnya, yang paling lucu adalah ketika aku mengajaknya pipis. Aku ajak ke toilet dan ngobrol sambil melihat mata bulatnya, tak lama kemudian pipislah dia. Surprisingly terharu waktu kali pertama Alya pipis di toilet. Aku sampai cium dia berkali-kali dan bilang terimakasih. Alya tidak langsung duduk di ring potty sih, karena dia sempat mencoba berbagai cara untuk pipis: berdiri dan jongkok.
- Pernah pakai sprei waterproof, tapi Alya ngga suka karena suaranya berisik dan mengganggunya. Bahannya juga ngga nyaman, dingin ikut dingin, kalau panas tambah panas. DUH
- Paling gampang adalah tanda-tanda BAB. Begitu tanda BAB keluar, saya langsung mengangkatnya ke kamar mandi dan duduk di ring potty. Tetap ya, sambil diajak ngobrol biar dia merasa nyaman.
- Cucian menggunung itu pasti. Aku sih pakai mesin cuci, biar kata orang pakaian bayi harusnya dicuci pake tangan. Hellaaaw... 2017 seeuuus..
Sekarang bisa minta poop dan pipis. Ke luar kota
juga Alhamdulillah sudah bebas dari pakai popok. Asal ditawarin terus dan
diingetin agar ngga ngompol.
Aku cuma bilang gini: “Al, kalau mau pipis ngomong ya”
Kalau masih ngompol ya dimaafin. Mungkin dia khilaf dan bikin aku nggrundel
"Alya...alya... udah besar kok ngompol sih?”
Anaknya cuma diem, bingung mau jelasin gimana juga enggak paham hahaha.
Nah, bagi orang tua yang mau mempersiapkan toilet training bagi anaknya, aku punya beberapa tips yang berbekal dari pengalaman pribadi. Barangkali bisa dipraktekkan ya, tapi ingat, beda anak beda pola.
1. Relaks
Mood orang tua sangat berpengaruh dalam segala acara momong bayi.
Kalau orang tuanya tidak happy duluan, dijamin mood bayi ikut
terpengaruh. Toilet training bukan hal yang menakutkan dan pipis adalah
hal yang wajar.
Biarkan dia ngompol terlebih dahulu supaya mengenal pipis. Tenang,
ngga perlu khawatir, bayi biasanya refleks risih dan segera meminta ganti. Yang
perlu diperhatikan adalah sewaktu dia asyik beraktivitas misalnya sedang
berlari-lari atau berdiri dan mengompol, air yang mengalir harus segera
langsung dibersihkan.
2. Sekarang atau nanti
Kita sering menunda-nunda apa yang bisa kita lakukan sekarang,
termasuk toilet training ini. Aku sering ditakut-takutin kalau kelamaan pake
popok, anak bisa ngompolan sampai dewasa. Ya, mungkin salah satunya.
Nyatanya, berdasarkan kabar dari orang dekat yang ngompol sampai dewasa, mereka
mengompol karena: malas bilang atau malas ke kamar mandi. Jadi kalo udah
dewasa terus ngompol, itu tergantung pada individunya.
3. Kesiapan anak dan orang tua
4. Percaya pada anak
3. Kesiapan anak dan orang tua
Kalau aku pribadi lebih mementingkan kebersihan dan aku ngga suka bau pesing. Apalagi ngelihat anak pake popok terus itu kok rasanya kasihan ya. Jalan kemana mana bawa ompol. Hahaha. Dan alasan lain adalah, aku pengen nanti kalau Alya sekolah, dia sudah siap dengan kemandiriannya.
4. Percaya pada anak
Apapun yang terjadi, pastikan mood stabil dalam keadaan tenang.
Jangan banyak berharap anak langsung bisa bilang minta pipis dan poop. Jangan
ngamuk, biar ngga dikira singa sama anak yang lagi mengenal jenis-jenis hewan.
Jangan bingung juga, biar anak cekatan bagaimana cara mengatasi sebuah masalah.
Suami dan orang terdekat di rumah juga menjadi orang penting disini. Gantian
bersihin ompol anak, jaga-jaga biar ngga stress juga.
Aku sih percaya setelah dia bisa berjalan dan mengkomunikasikan
sesuatu, dia pasti mengerti segala kewajibannya. Anak itu pinter kok, ngga
diajarin aja pasti udah tau sendiri. Semua anak unik, semua anak asik.
5. Say hurraaay then
Yakinlah, sewaktu toilet training ini mulai berhasil, dunia terasa
lebih indah. No more sampah popok, no more pusing
cari diskonan, duit bisa buat beli lipstick yeaay!
Jadi buibu, ngga perlu risau dan harus sabar. Tenaaaang. Ada saatnya kok. Alya aja kadang masih ngompol, padahal udah lama banget lho. Ya namanya juga anak-anak, mereka juga berbeda. Makanya aku juga ngga bilang Alya sudah berhasil toilet training, takut nanti kalo bilang gitu, eeeh malah ngompol lagi.
Ngga sumbut namanya bikin postingan penyemangat tapi anaknya masih ngompolan. Hahaha.
0 komentar