SAYA DAN ASI
Ngomongin soal ASI
emang asik dan ngga ada habisnya. Saya dikenal sebagai Ibu yang konsisten
menyusui langsung. Walopun jujur, pada umur semingguan, Alya sudah saya
kenalkan dot, karena waktu itu sudah saya tinggal-tinggal pergi. Kenapa dot?
Media ini saya rasa paling mudah dan ngga ribet. Cukup masukkan ASI yg sudah
dipanaskan dan tinggal kasih ke bayi. BERES! Si pengasuhpun tidak kesusahan.
Tapi setelah 3 bulan
ternyata Alya lupa caranya nge-dot! LHO!??
Jadi karena saya
lebih sering nyusuin langsung, hal ini membuat Alya merasa ngga enak pake dot.
Mungkin karena tekstur dot yang kasar dan bagaimanapun, tiada dot yang bisa
nandingin puting Ibu.
Dan telaklah sudah,
sejak Alya berumur 3 bulan, saya tidak bisa ninggal lama-lama. Paling banter 3
jam. Kalo telepon udah berdering dan sinyal minta nenen udah terlalu nyaring,
saya bakal ngebut kencang kencang biar cepat sampai rumah.
Mendapat pengalaman
berharga gara-gara mastitis, membuat saya semakin giat mencari info tentang ASI
dan menyusui. Apalagi jaman sekarang ini, kampanye ASI marak digalakkan, dan
saya setuju penuh! Mulai dari Rumah Sakit pro ASI, grup sosial media, seminar
hingga kopdar menyusui di tempat umum.
Bagi saya ini keren, mungkin tidak bagi sebagian orang.
Setelah saya bergabung
dengan beberapa grup pendukung ASI, hal itu membuat saya semakin nyaman dan
tenang. Di sisi yang lain, saya mempunyai beberapa orang teman yang memilih
memberikan sufor pada bayi dengan alasan tertentu. Diantaranya, merasa ASInya
kurang dan langsung mengambil tindakan dengan memberikan susu formula. Mereka
justru sempat merasa tidak enak hati bahkan takut untuk terbuka. Padahal saya
pribadi –walopun lebih menganjurkan pemberian ASI- tidak mempermasalahkan
pemberian susu formula jika terdesak. Apalagi ada indikasi medis untuk sang Ibu
yang sampai tidak bisa memberikan air susunya.
Udah sufor, ngedot pula!
Buat saya, kenapa ASI
dan susu formula dipermasalahkan sampai sebegitu kolotnya? Sampai ada kubu ASI
kubu sufor? Duh, mental Ibu itu sekuat baja, tidak secemen itu nyampurin masalah
orang.
Ibu mana sih yang tidak ingin memberikan hal terbaik untuk anaknya?
Konselor Laktasi saya
pernah bercerita, dia pernah mempraktekkan teknik marmet pada salah satu pasiennya. Dari
menyemangatinya supaya berpostive thinking hingga memberikan dukungan agar
pasien makan apa aja yang dia suka sebagai booster ASI paling ampuh.
Setengah memaksa, di
setiap pertemuan, Ibu Konselor ini tetap menyuruh belajar memerah ASI yang baik
agar keluarnya pun banyak. Namun akhirnya dengan takut takut si pasien mengakui
kalo dia pernah menderita tumor payudara.
See? Keterbukaan. Di kasus
ini sebenarnya tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. ASI bukan
pemaksaan. ASI akan keluar lewat keikhlasan hati sang Ibu.
Lain cerita lagi.
Saya pernah dimessage sama seorang Ibu yang pernah menderita mastitis. Parahnya,
si Ibu harus insisi sehingga dia menyusui hanya di satu payudara. Sekitar
Aerolanya disayat dan Dokter memutuskan pemberian tambahan sufor. Ya, ASInya
tidak cukup.
Bagi kita yang PRO
ASI, tentu kita akan bilang bahwa sedikit banyak ASI tergantung seberapa banyak
juga dia dikeluarkan. Artinya walopun hanya dengan satu payudara, hal itu tetap
akan bisa memenuhi kebutuhan bayi.
Si Ibu itu sampai
saat ini masih merasa bersalah karena tidak memberikan ASI secara eksklusif. Dia
curhat habis-habisan dan berencana punya anak lagi dalam waktu dekat ini. Dia
takut tidak bisa intens menyusui lagi karena berpuluh kali dicibir orang.
Saya bisa apa selain
menyemangatinya? Saya rasa hanya hal itu yang dia butuhkan. Mungkin saya akan
memeluknya kalo berdekatan.
Jangan pernah judge
apapun.
Jika kamu sudah
memberikan ASI, yasudah. Itu kewajibanmu. Kalo orang lain tidak bisa memberikan
kewajibannya, itu bukan hak kamu untuk mengadili seberapa besar kasih sayang
seorang ibu terhadap anaknya.
Bonding dari menyusui
itu memang istimewa, tapi kalo udah pake sufor dan merasa bersalah, ya ciptakan
bonding lewat hal-hal lain. Misalnya lewat pelukan, perhatian, atau pemberian
gizi yang seimbang.
Saya bukan orang yang
ahli soal ASI. Saya cuma pejuang ASI untuk buah hati.
Dan berikut beberapa pertanyaan yang
sering ditanyakan kepada saya, saya ringkas disini. Semoga membantu.
“Putingku lecet gimana donk Mbak, masak disusuin?”
Berbekal pengalaman
mastitis, awalnya dikarenakan oleh puting lecet. Puting lecet disebabkan oleh pelekatan
yang kurang sempurna. Berikut saya sertakan gambarnya.
Intinya jika kita merasa
sakit saat menyusui, berarti menyusunya kurang pas. Teruskanlah menyusui,. Kalo saya, sebelum menyusui, ASI dikeluarkan terlebih dahulu disekitar puting supaya menyusuinya enak. ASI juga berfungsi sebagai antibakteri dan menyembuhkan puting yang luka lho. Jika diresepi salep, pakai salepnya rutin. Baru nanti basuh puting kalo bayi mau menyusu.
“Mbak, ASIku ngga keluar, asupan apa ya yang bikin deres?"
Dulu saya dimasakin
daun katuk, digorengin kacang-kacangan, dikasih jamu, sampe kaplet pelancar ASI
dan saya makan tiap hari. Saya makan apa aja sih, dan makannya terasa enak
soalnya kan lagi menyusui, bawaannya laper terus. Suatu saat, waktu Alya berumur 2 minggu,
pupnya berbuih. Kami konsultasikan dengan Dokter Anak dan jawabannya ternyata
gara-gara saya keseringan makan sayur hijau. Sebaiknya pastikan, bayi mendapat
foremilk dan hindmilk bersamaan. Jika terlalu banyak laktosa, maka perut bayi
akan sering kembung, kolik, kentut dan pupnya juga berbuih.
Semakin bertambahnya
usia Anak, saya malah makan sembarang. Mie instan, keju, makanan pedas dan
sesekali kopi. Dengan melihat reaksi dari anak, makanan itu ternyata ngga
menyebabkan ASI saya berkurang. Jadi makanlah asal hatimu senang, anakmu
tenang.
“Mbak masih menyusui? Apa masih keluar?”
Selama Anak masih
sibuk menyusu, berarti ASI masih keluar. Walopun mungkin tidak sederas waktu
belum dikenalkan MPASI. Dari bayi lahir hingga sekitar 3 bulanan, saya masih
memakai breastpad, setelahnya tidak lagi. Mungkin karena produksi ASI
menyesuaikan kebutuhan susu si kecil yang kian hari kian berkurang.
Nah, itu adalah tiga
yang sering ditanyakan orang-orang terdekat saya. Beruntung bisa jawab. HEHE.
Dengan senang hati dan terbuka, saya bahkan mau belajar lagi tentang ASI, maklum saya adalah Ibu rumahtangga yang bekerja di rumah. Barangkali ada yang mau sharing tentang metode penggunaan pipet atau gelas pada bayi, saya bakalan jingkrakjingkrak karena bahagia.
Saya memang bukan Pejuang ASI garis keras, karena saya ASI garis lurus :)
0 komentar