HIDUP TANPA SETRIKA
Iya iya, aku mengurus rumah tangga itu dibantuin Suami. Saling berbagi tanpa harus disuruh duluan. Misal siapa yang lagi selow, dialah yang masak. Atau siapa yang ngelihat barang berantakan, langsung diberesin. Daripada harus bagi-bagi tugas nantinya malah kelupaan dan bikin enggak peka sendiri, kan mending ngurus rumah tangga atas dasar kesadaran masing-masing. Tul enggak? Jadi, sebisa mungkin kami kompak dan ikhlas untuk saling membantu dalam hal apapun.
Tapi... ADA TAPINYA. Ada satu kegiatan yang dia pilih sendiri, enggak mau ditawar dan engga mau digugat. Aku mending ke step selanjutnya saja deh. Dia kelihatan ogah soalnya.
Memangnya apa sih kegiatannya?
Yas, dia memilih untuk mencuci pakaian seabreg-abreg. Karena yaa... tinggal pencet doank, sudah langsung kering, tinggal jemur. Apa susahnya, ditinggal merem semalem, melek-melek sudah kelar. Kalau pagi nyuci pun, bisa sambil desain, bisa sambi momong, bisa sambil badminton. Makanya dengan senang hati, Suami nyuci itu bisa tiap hari. Mau gonta-ganti pakaian seenak udel juga enggak papa, orang tukang cucinya siap sedia.
Oh sungguh mesin cuci adalah salah satu faktor penyelamat rumah tangga.
Oh sungguh mesin cuci adalah salah satu faktor penyelamat rumah tangga.
Nah, kabar buruknya, kegiatan tersebut hanya sampai jemur, kering, ambil, trus taruh di ranjang pakaian kering. Dan jatahku ada di bagian selanjutnya, yaitu SE-TRI-KA!
Entah atas dasar apa, kalau ada yang bertanya, "Apa kegiatan rumah tangga yang paling bikin males?", mostly ibu-ibu pasti kompak bilang setrika.
Memangnya kenapa sih kenapa? Apa ada yang salah dengan setrika? Kok macam mikir negara saja? Eiiiym.
Hubungan love-hate-love sama aktivitas satu ini sering bikin kita mikir: mau enggak dilakuin nanti pakaian kusut, tapi mau ditinggal nanti jadi kumbrukan yang menggunung. Sungguh suatu hal yang membosankan bukan? Sekalipun setrika bisa disambi nonton film drama, tapi tetep loh sumuknya itu enggak ketulungan. Jadi please, beban hidup saja sudah berat, tolong jangan ditambahin setrika. Ribet men!
Waktu aku instastory tumpukan pakaian yang habis aku setrika, banyak yang reply dan hampir semua serempak bilang,
"Wah keren kamu yos. Setrika segunung gitu sanggup"
"Kalau aku mending enggak aku setrika sekalian. Urusan lecek biar"
"Apa enggak capek yos? Apa enggak mendingan laundry atau setrikain di luar?"
Dan reply lain yang bernada sama. Aku cuma bisa ketawa, antara bangga sama ngerasa... aku kok buang waktu percuma ya... Kayak enggak ada aktivitas lain yang lebih berharga. Ngoahaha.
Namun begitu, aku menganggap orang setrika itu adalah hal yang lumrah kok. Di kampung, di desa, atau di komplek yang rata-rata ditinggali orang tua, aktivitas cuci setrika itu adalah hal yang biasa. Tiap pagi bau semerbak pewangi sampai ke jalan, nah berpindah ke tiap sore, begitu masuk ke dalam rumah, wanginya jadi berbeda karena wangi semprotan setrika. Sangat artifisial baunya.
Actually, aku sendiri menganggap kegiatan setrika itu selain karena kebiasaan, juga didukung oleh keahlian. Seperti misalnya yang dilakukan oleh nenekku dan para tetangganya di kampung. Tiap siang, setelah jemuran kering, mereka langsung posisi ndreprok di lantai sambil setrika sambil.... nonton sinetron. Yang aku lihat, mereka melakukannya dengan bahagia, tanpa paksaan. Justru mereka enjoy dengan aktivitas setrika. Terbukti dengan lipatan pakaiannya yang super licin dan bertumpuk rapi. Apa lagi namanya kalau enggak ahli coba?
Jadi waktu masih kecil, aku jarang menemukan tumpukan pakaian menggunung yang belum disetrika. Pokoknya tahu-tahu sudah numpuk rapi gitu saja.
Ternyata kebiasaan tersebut enggak nurun di aku. Ya walaupun aku senang sesuatu yang rapi dan wangi. Cuma ngerasa enggak ahli. Setrika ya setrika saja seadanya, enggak bisa yang sampai licin amat.
Padahal dulu pernah beberapa kali pegang wardrobe waktu shooting. Dan setrika itu wajib ditenteng kemana-mana. Bedanya ketimbang tampak nyata, preview di kamera itu tergantung sama settingnya. Kalau pas gelap enggak perlu setrika gampanglah nyiasatinnya. Tapi begitu kena sorot lampu yang terang benderang setara dengan sinar matahari, baju yang lecek itu akan sangat terlihat di kamera. Ini mau enggak mau lah aku setrika. Hahaha.
Balik ke kehidupan pribadi ya. Aku mulai jarang setrika sejak Alya makin besar. Bukan karena Alya sudah bisa main sendiri terus aku tinggal setrika, enggak. Tapi karena sekarang ini kerjaanku makin padat. Ada saja kegiatan rumah tangga maupun kerjaan menulis yang bikin lupa setrika. Eh enggak lupa dink, tapi malas. Hahaha.
Kalau boleh milih sih mending nonton film, mending momong Alya, mending nulis blog ketimbang setrika. Makanya jangan heran, setrikaanku itu pasti menggunung galunggung. Sekali malas setrika, akan makin menumpuk ke hari-hari berikutnya. Mantap cuy, mana aku risih pula kalau pakaian enggak rapi. Mintanya rapi kok males setrika.
Hire tukang cuci gosokpun enggak sreg. Suami kan sudah semangat 45 nyucinya, jadi ya... eman lah ya? Trus memangnya sanggup beli mesin setrika? LOL.
Akibat kesibukan dan kemalasan menyetrika itu tadi, aku lalu berpikir ulang buat menyetujui Gerakan Tanpa Setrika. Gerakan ini memang sudah lama, i know. Tapi aku baru nyadar dan baru melakukannya sekarang. Karena sebelumnya aku nyaman dengan pakaian yang rapi dan harum mewangi. Sudah pakai pewangi pas nyuci sih, tapi semprot-sempot baju dan bikin licin itu loh yang bikin pakaian tambah rapi.
Nah, untuk mengukuhkan niatku supaya tidak mengharuskan setrika baju, sekarang aku cukup pilah pilih pakaian buat dipakai. Sebisa mungkin menghindari yang namanya setrika apalagi yang numpuk dan bikin stress.
FYI, sebagai bahan pertimbangan nih ya, orang jepang dan beberapa negara lain juga jarang setrika loh. Mereka menganggap bahwa ada hal lain yang bisa dilakukan selain setrika. Ngapaian setrika, bikin capek doank kan ya. Tapi buktinya aman-aman saja dan mereka tetep keren.*pembelaan*
Demi mendukung penuh aksi Gerakan Tanpa setrika, aku lalu punya perlakuan khusus dalam mencuci dan merapikan pakaian. Berikut caranya:
👉 Pas masukin pakaian kotor ke dalam mesin cuci, usahana jangan ada yang kegulung atau kelipat karena akan bikin kusut pakaian. Taruh pakaian dalam keadaan lembaran dan tumpuk yang rapi.
👉 Gunakan pelembut pakaian yang biasanya jadi satu juga sama pewangi. Ini memudahkan pakaian kita gampang diatur nanti waktu mau dilipat.
👉 Sebelum dijemur, pakaian dikibas-kibaskan terlebih dahulu supaya bagian yang lecek rata kembali.
👉 Jemur dengan sinar matahari yang cukup akan bikin pakaian hangat trus gampang dirapikan.
👉 Setelah pakaian kering, aku langsung merapikannya dengan cara menekan pakaian ketika melipatnya. Tetap aku kasih semprot pakaian supaya wangi dan bagian yang kusut sedikit tersamarkan.
👉 Pakaian Alya juga begitu. Enggak aku setrika, cuma aku rapikan seperti yang lainnya.
👉 Kalau beli pakaian, usahakan pilih bahan kainnya seperti wol, corduroy, polyester, maupun jersey. Mupeng beli kaos katun ya dilihat dulu, apakah gampang lecek atau enggak. Biar kita enggak repot dan bisa kerjain yang lain enggak melulu setrika yakan.
👉 Untuk kemeja dan beberapa pakaian formal, semua tetap aku setrika ya. Lagian toh enggak tiap hari yakan? Jadi enggak beban juga.
Dan reply lain yang bernada sama. Aku cuma bisa ketawa, antara bangga sama ngerasa... aku kok buang waktu percuma ya... Kayak enggak ada aktivitas lain yang lebih berharga. Ngoahaha.
Namun begitu, aku menganggap orang setrika itu adalah hal yang lumrah kok. Di kampung, di desa, atau di komplek yang rata-rata ditinggali orang tua, aktivitas cuci setrika itu adalah hal yang biasa. Tiap pagi bau semerbak pewangi sampai ke jalan, nah berpindah ke tiap sore, begitu masuk ke dalam rumah, wanginya jadi berbeda karena wangi semprotan setrika. Sangat artifisial baunya.
Actually, aku sendiri menganggap kegiatan setrika itu selain karena kebiasaan, juga didukung oleh keahlian. Seperti misalnya yang dilakukan oleh nenekku dan para tetangganya di kampung. Tiap siang, setelah jemuran kering, mereka langsung posisi ndreprok di lantai sambil setrika sambil.... nonton sinetron. Yang aku lihat, mereka melakukannya dengan bahagia, tanpa paksaan. Justru mereka enjoy dengan aktivitas setrika. Terbukti dengan lipatan pakaiannya yang super licin dan bertumpuk rapi. Apa lagi namanya kalau enggak ahli coba?
Jadi waktu masih kecil, aku jarang menemukan tumpukan pakaian menggunung yang belum disetrika. Pokoknya tahu-tahu sudah numpuk rapi gitu saja.
Ternyata kebiasaan tersebut enggak nurun di aku. Ya walaupun aku senang sesuatu yang rapi dan wangi. Cuma ngerasa enggak ahli. Setrika ya setrika saja seadanya, enggak bisa yang sampai licin amat.
Padahal dulu pernah beberapa kali pegang wardrobe waktu shooting. Dan setrika itu wajib ditenteng kemana-mana. Bedanya ketimbang tampak nyata, preview di kamera itu tergantung sama settingnya. Kalau pas gelap enggak perlu setrika gampanglah nyiasatinnya. Tapi begitu kena sorot lampu yang terang benderang setara dengan sinar matahari, baju yang lecek itu akan sangat terlihat di kamera. Ini mau enggak mau lah aku setrika. Hahaha.
Balik ke kehidupan pribadi ya. Aku mulai jarang setrika sejak Alya makin besar. Bukan karena Alya sudah bisa main sendiri terus aku tinggal setrika, enggak. Tapi karena sekarang ini kerjaanku makin padat. Ada saja kegiatan rumah tangga maupun kerjaan menulis yang bikin lupa setrika. Eh enggak lupa dink, tapi malas. Hahaha.
Kalau boleh milih sih mending nonton film, mending momong Alya, mending nulis blog ketimbang setrika. Makanya jangan heran, setrikaanku itu pasti menggunung galunggung. Sekali malas setrika, akan makin menumpuk ke hari-hari berikutnya. Mantap cuy, mana aku risih pula kalau pakaian enggak rapi. Mintanya rapi kok males setrika.
Hire tukang cuci gosokpun enggak sreg. Suami kan sudah semangat 45 nyucinya, jadi ya... eman lah ya? Trus memangnya sanggup beli mesin setrika? LOL.
Akibat kesibukan dan kemalasan menyetrika itu tadi, aku lalu berpikir ulang buat menyetujui Gerakan Tanpa Setrika. Gerakan ini memang sudah lama, i know. Tapi aku baru nyadar dan baru melakukannya sekarang. Karena sebelumnya aku nyaman dengan pakaian yang rapi dan harum mewangi. Sudah pakai pewangi pas nyuci sih, tapi semprot-sempot baju dan bikin licin itu loh yang bikin pakaian tambah rapi.
Nah, untuk mengukuhkan niatku supaya tidak mengharuskan setrika baju, sekarang aku cukup pilah pilih pakaian buat dipakai. Sebisa mungkin menghindari yang namanya setrika apalagi yang numpuk dan bikin stress.
FYI, sebagai bahan pertimbangan nih ya, orang jepang dan beberapa negara lain juga jarang setrika loh. Mereka menganggap bahwa ada hal lain yang bisa dilakukan selain setrika. Ngapaian setrika, bikin capek doank kan ya. Tapi buktinya aman-aman saja dan mereka tetep keren.*pembelaan*
Demi mendukung penuh aksi Gerakan Tanpa setrika, aku lalu punya perlakuan khusus dalam mencuci dan merapikan pakaian. Berikut caranya:
👉 Pas masukin pakaian kotor ke dalam mesin cuci, usahana jangan ada yang kegulung atau kelipat karena akan bikin kusut pakaian. Taruh pakaian dalam keadaan lembaran dan tumpuk yang rapi.
👉 Gunakan pelembut pakaian yang biasanya jadi satu juga sama pewangi. Ini memudahkan pakaian kita gampang diatur nanti waktu mau dilipat.
👉 Sebelum dijemur, pakaian dikibas-kibaskan terlebih dahulu supaya bagian yang lecek rata kembali.
👉 Jemur dengan sinar matahari yang cukup akan bikin pakaian hangat trus gampang dirapikan.
👉 Setelah pakaian kering, aku langsung merapikannya dengan cara menekan pakaian ketika melipatnya. Tetap aku kasih semprot pakaian supaya wangi dan bagian yang kusut sedikit tersamarkan.
👉 Pakaian Alya juga begitu. Enggak aku setrika, cuma aku rapikan seperti yang lainnya.
👉 Kalau beli pakaian, usahakan pilih bahan kainnya seperti wol, corduroy, polyester, maupun jersey. Mupeng beli kaos katun ya dilihat dulu, apakah gampang lecek atau enggak. Biar kita enggak repot dan bisa kerjain yang lain enggak melulu setrika yakan.
👉 Untuk kemeja dan beberapa pakaian formal, semua tetap aku setrika ya. Lagian toh enggak tiap hari yakan? Jadi enggak beban juga.
Dan tenyata hidupku lebih indah tanpa setrika. Yeay. Hahaha.
Kebetulan pula Suamiku juga mendukung gerakan ini. Rupanya dia sadar bahwa setrika itu bikin capek. Lagian ada banyak kegiatan yang lebih enjoy aku lakukan seperti membaca buku, olahraga atau family time. Yang durasinya kira-kira sama kayak pas aku setrika.
Baiklah, cukup sampai di sini sharing-nya. Apakah ibu-ibu di rumah juga tertarik sama Gerakan Tanpa Setrika, atau sudah melakukannya lama, atau justru malah senang bisa setrika? Boleh share di kolom komentar ya. Senang bisa berbagi pengalaman dan cerita dari berbagai sudut pandang.
Oke deh, aku mau lanjut bersih-bersih rumah dulu. Habis itu mau mandi lulur dan belanja. Oh hari-hariku kini tampak lebih menyenangkan.
Bahagiaaaa!!!
12 komentar
aku juga termasuk yang nggak suka setrika, belajar pelan pelan GTS ini...
ReplyDeletehehe iya nih mbak, bikin gerah ya mbak hehe
Deletewahh..akupun demikian mba..gerakan tanpa setrika aku nyontoh ibuku, gosok baju yang perlu aja ( pakaian formal ) selebihnya baju rumahan dan jeroan cukup dielus aja hihih..:)
ReplyDeleteTernyata banyak yang samaan ya, nyesel baru praktekkin sekarang heehee
DeleteWah iya sih, setrikaan oh setrikaan, punyaku sudah menggunung sejak ramadhan yg sok sibuk ini wkwk. Thx ya share Nya kayaknya boleh tuh dicoba bye bye setrika :)
ReplyDeleteIyaaa waktunya bisa buat tadarus kan ya :)
Deletewah saya udah nerapin lama hehe palingan baju seragam kerja suami aja itupun kalau udah masuk summer, kalo ga disetrika lecek, kalau selama winter sama sekali jarang nyentuh setrikaan, baju kerjanya jg semacam kaos tebal untuk winter biru donker juga, jd wiss aman ga usah setrika2an, paling enak winter krn bahan2 bajunya ga setrikable:D saya tipikal nyetrika kalau mau pergi2 aja..besok pergi, malemnya br nyetrika.ini jg komen sehabis nyetrika krn besok mau pergi:D
ReplyDeleteNah itu mbak, kalao di indonesia bahannya mayoritas katun, tapi banyak juga yang tipe gampang lecek. Sekarang kalau setrika bener-bener yang butuh aja hehehe,.
DeleteAku juga hampir tiap hari setrika e mb...tapi yo kilat2 gitu mba. Yang penting udah ketempelan setrikaan panas..
ReplyDeleteBlm tega klo ga disetrika mba..takut ada yang nyletuk atau mbatin.."ih..wong ibunya dirumah kok baju anaknya ga disetrika.."
Tp klo yang dalem2an nggak aku mba..
Betul mbak, sering je dibilangin kayak gitu. Kalau baju2 anakku enggak disetrika enggak kelihatan soalnya. Tinggal orang tuanya ini yang pasang muka cuek. Hehehe.
DeleteZaman kuliah, aku ngelakuin cuci setrika sendiri. Dan kalo boleh milih, aki lbh suka setrika. Krn aku paling benci kena detergen hahahaha. Zaman kuliah aku nyucinya manual mba, ga pake mesin.
ReplyDeleteNah skr udh nikah, krn ada si mbak asisten, aku jd tertolong urusan nyuci. Tp tetep sih cucian bersih numpuk krn si mbak juga keteteran. Makanya supaya dia jg ga capek banget, sebagian cucian aku kirim ke laundry utk disetrika aja. Krn biar gmn, aku ga suka kalo baju ga disetrika mba. Sugestinya kayak bikin gatal hahahah. . Jd wajib hrs setrika
Nah aku tadinya gitu juga mbak. Tapi namanya terbentur keadaan, jadi aku kudu setrika sendiri kan hehe. Sekarang sudah terbiasa enggak setrika, setrika yang penting saja :D
Delete