BECAUSE WHY NOT!
Dulu ya, sewaktu masih kerja kantoran, aku sempat punya angan-angan: "kerja santai, bawa laptop sambil nongkrong dimana saja asal dekat dengan keluarga". Mmmm, enggak muluk-muluk kok, soalnya di dunia kreatif itu sekarang bisa dijangkau dengan mudah, dan profesi digital nomad bisa diraih dengan berbagai cara. Tapi bagaimanapun, musti ada perjuangan di baliknya. Well, here is the story.
Basic perkerjaanku banyak hubungannya sama media, hanya saja spefisikasinya adalah audio visual. Baik itu yang berhubungan sama TVC, program TV, sampai film. Sebelum punya anak oke lah ya kerja dibawah tekanan terus enggak tahu pulangnya jam berapa. Lah kalau sudah punya anak, ya kan milihnya kerja yang rutin dan teratur biar ada spare waktu buat keluarga. Nah, rasanya susah nih buat tetap melanjutkan karir di dunia pertelevisian-perfilman-periklanan. Terlebih yang hubungannya sama tim produksi, yang kerjanya di lapangan. Sudah deh, mending mundur teratur. Toh masih ada jobdesk lain yang mampu aku lakukan.
Walaupun aku juga mempelajari teknik sinematografi, artistik, sampai lighting, kerja dari clapper, wardrobe, sampai Line Producer, tetapi passionku yang sebenarnya adalah soal tulis menulis. Inilah yang nantinya menghantarkanku pada berbagai macam pekerjaan yang menuntut konsep serta kreatif.
Aku sendiri mulai menulis sejak masih sekolah, mamaku yang ngajarin. Terus waktu SD juga pernah kirim puisi di majalah Bobo lalu ditayangkan, dan setelah itu dapat paketan produknya zwitsal. Wiiih senang banget, itu pertama kalinya aku dapet hadiah. Harusnya bisa dipertahankan ya, sayangnya terus aku malas-malasan. Capek sama kegiatan sehari-hari di sekolah sama di rumah.
Beralih ke masa SMP-SMA. Waini masa-masa galau nih, jadi nulisnya ya sekadar puisi, diary, sampai mading. Sayang, mading di sekolah enggak begitu eksis. Pernah sih eksis bentar, itu saja berkat film AADC. Enggak lama sesudahnya, mading ya tetep anyep, kosong melompong.
Berbeda sama diary, punya diary tuh kayak sebuah kewajiban deh buat para remaja. Maka tulisanku pun melulu soal C-I-N-T-A dan aselik enggak ada faedahnya. Huhuhu. Itu nulis perasaan pribadi sih, niatnya ya cuma buat dibaca sendiri. Tapi lama-lama Mama tahu dan kayaknya marah deh, lalu buang deh tuh diary. Dulu ngerasa sedih, sekarang mah "selameeet...selameeeet... (sambil ngelus dada)" Gimana enggak, sekarang nemu ya jatuhnya malu. Ternyata pernah segalau itu.
via GIPHY
Aku sudah mulai mengenal teknik menulis yang baik dan bermanfaat saat kuliah. Sudah enggak main-main, yang tadinya agak jumawa karena bisa nulis mading dan tulisan beberapa kali terbit di majalah, eeeh enggak kusangka sekelas pinter-pinter semua. Minder juga sebenernya, cuma ya masa' mau give up. Mending tetap berteman sekaligus curi-curi ilmu sama yang lebih berpengalaman.
Waktu kuliah aku juga menemukan banyak tantangan, yaitu menulis skenario. Kalau biasanya menulis cerpen atau puisi itu kita cuma berkutat pada imaji sendiri, maka, ketika kita membuat naskah untuk divisualisasikan dalam bentuk audio visual, akan lebih ribet bet bet. Kita kudu mikirin, ini anglenya diambil dari mana nih. Yang cocok meranin karakter siapa nih. Nanti grading filmnya nuansa apa nih. Gaya editingnya slow apa dinamis nih. Semua didiskusikan oleh satu tim. Kebayang enggak yang tadinya nulis buat diri sendiri, berubah jadi nulis buat dibahas banyak orang.
Dan yang lebih gila lagi, program televisi berbeda dengan film. Film fiksi berbeda sama film dokumenter. Film dokumenter kalau mau ditayangkan di televisi kudunya lebih ringan dan estetikanya di perhatikan. Lain film fiksi, lain film dokumenter, ada juga yang namanya film eksperimental. Benang merah dari kesemua itu adalah berdasarkan ide dan konsep yang harus kita tulis sebagaimana mestinya.
Oke, sekarang aku cerita soal blog ya. Tadinya aku membuat blog, lagi-lagi awalnya cuma buat curhat ala-ala puisi satire gitu. Terus sempat rehat lama karena aku beralih ke tumblr. Hiks, sayangnya tumblr sudah enggak ada, padahal banyak juga tulisan dan foto-fotoku di sana.
Jujur saja, setelah punya anak, aku mengalami masa-masa suram. Kebahagiaan kayaknya cuma datang sekejap saja. Kok bisa? Iya, aku sempat vakum bekerja kurang lebih setahun and damn, it was very boring, yo. Aku jadi krisis percaya diri.
Saat itu rasanya susah bener cari kerjaan yang cocok. Kerjaan freelancer yang sudah aku jalani selama ini kok ya enggak mengarahkan aku buat menulis. Beberapa teman lebih mempercayaiku untuk syuting di lapangan. Menjadi Line Producer film-film pendek dan kerjanya tentu enggak fleksibel lagi. Buat bayangannya saja deh, syuting itu enggak pasti yang jam nya. Kadang crew call subuh, dan bisa kelar tengah malam. Kadang bisa sehari cuma syuting satu lokasi, kadang juga bisa berpindah-pindah menyesuaikan jadwal actress utamanya.
Pekerjaan ini jelas enggak bisa aku jalankan sementara jahitan caesarku belum sembuh benar, masih kudu menyusui, dan aku divonis mastitis. Jadinya gimana? Ya aku mundur dari deal yang sudah aku tandatangani. Perih sih kalau ingat. Padahal tadinya mikir, kalau lahiran normal, aku pasti bisa ambil kerjaan biar perekonomian rumah tangga setelah punya anak makin membaik. Tapi nyatanya? Oke, aku menghelas nafas panjang saja sudah paling luar biasa.
Mengasuh anak dan enggak bisa menerima kerjaan karena masih menyusui, sempat membuat aku down. Aku banyak mengalami hal yang mengejutkan dan punya anak merubahku 180 derajat. Merasa susah dapetin temen curhat, lalu dengan sangat hati-hati aku menulis pengalamanku tersebut di blog lantas membagikannya di sebuah grup ASI.
Baca juga: Sembuh Dari Mastitis Dan Baby Blues
Dan....seperti yang sudah diduga, postinganku cukup viral karena banyak dishare sama para ibu yang bernasib sama. Bersamaan dengan itu, sebetulnya, aku juga punya pikiran gimana kalau naskah-naskah yang pernah aku tulis, diletakkan di blog saja biar kalau ada yang tanya portfolio, tinggal aku arahkan ke blog. Biar deh, sudah jarang terima tawaran syuting di luar, aku kan bisa menulis naskah sambil momong anak. Pokoknya gimana caranya aaku dapat kerjaan yang fleksibel, yang bisa aku kerjakan sambil momong anak.
Usahaku berbuah pelan-pelan. Cuma ya itu, aku malah asik dan tenggelam sama dunia tulis menulis, sampai lupa skenario enggak aku masukkan di blog. Iya, aku lupa sama tujuanku nge-blog buat apa. Nulis ya nulis terus saja, seakan kayak candu dan berbagi itu semenyenangkan ini. Beneran loh, menulis bahkan bisa jadi healing.
Yang tadinya aku enggak punya tempat curhat, yang biasanya aku mengasuh anak dan banyak dipush oleh omongan sekitar, dengan menulis di blog, i do speak up my mind kepada khalayak ramai. Aku sudah males sama mom war dan menanggap bahwa apa yang kita jalanin selalu benar.
Di blog aku berani nangis, berani mengeluh, berani berekspresi, aku jadi kembali percaya diri. Sampai akhirnya aku mengenal salah satu komunitas blogger terbesar bernama Blogger Perempuan. Secara enggak langsung, efeknya banyak. Hanya di rumah, aku bisa dapat banyak insight, banyak teman baru, seakan membuka mataku lebih lebar bahwa dunia itu damai sejahtera.
via GIPHY
Jika sekarang kalian menemukan blog gado-gado yang bertemakan Lifestyle ini, sesungguhnya ada passion tersembunyi, ada harapan teruntai, dan ada kebahagiaan ketika aku bisa berbagi. Menulis blog seperti menulis diary, menulis blog seperti membuat self branding, menulis blog bahkan bisa mendatangkan rejeki.
Menulis blog saat ini bukan pekerjaan utama, tapi untuk pekerjaan sampingan. Belum terlalu banyak menghasilkan kok. Karena ya awal tujuannya memang untuk bersenang-senang: menyalurkan ide, sebagai portofolio, juga sebagai tempat berkeluh kesah ketika aku butuh tempat untuk berbagi.
Aku ngeblog memang belum professional, cuma siapa sih yang tahu nantinya kita bisa bergerak maju pelan-pelan. Bagiku, mengasah kemampuan menulis dan melatih biar otak kita terus bekerja sesuai porsinya adalah yang utama. Aku berusaha enjoy ngeblog supaya enggak jenuh. Itu dulu deh, baru nanti mikir ke arah yang lebih serius.
So, intinya kalau ada yang tanya "kenapa sih kamu ngeblog", jawabannya sudah aku tulis sebagai judul di atas.
Basic perkerjaanku banyak hubungannya sama media, hanya saja spefisikasinya adalah audio visual. Baik itu yang berhubungan sama TVC, program TV, sampai film. Sebelum punya anak oke lah ya kerja dibawah tekanan terus enggak tahu pulangnya jam berapa. Lah kalau sudah punya anak, ya kan milihnya kerja yang rutin dan teratur biar ada spare waktu buat keluarga. Nah, rasanya susah nih buat tetap melanjutkan karir di dunia pertelevisian-perfilman-periklanan. Terlebih yang hubungannya sama tim produksi, yang kerjanya di lapangan. Sudah deh, mending mundur teratur. Toh masih ada jobdesk lain yang mampu aku lakukan.
Walaupun aku juga mempelajari teknik sinematografi, artistik, sampai lighting, kerja dari clapper, wardrobe, sampai Line Producer, tetapi passionku yang sebenarnya adalah soal tulis menulis. Inilah yang nantinya menghantarkanku pada berbagai macam pekerjaan yang menuntut konsep serta kreatif.
Aku sendiri mulai menulis sejak masih sekolah, mamaku yang ngajarin. Terus waktu SD juga pernah kirim puisi di majalah Bobo lalu ditayangkan, dan setelah itu dapat paketan produknya zwitsal. Wiiih senang banget, itu pertama kalinya aku dapet hadiah. Harusnya bisa dipertahankan ya, sayangnya terus aku malas-malasan. Capek sama kegiatan sehari-hari di sekolah sama di rumah.
Beralih ke masa SMP-SMA. Waini masa-masa galau nih, jadi nulisnya ya sekadar puisi, diary, sampai mading. Sayang, mading di sekolah enggak begitu eksis. Pernah sih eksis bentar, itu saja berkat film AADC. Enggak lama sesudahnya, mading ya tetep anyep, kosong melompong.
Berbeda sama diary, punya diary tuh kayak sebuah kewajiban deh buat para remaja. Maka tulisanku pun melulu soal C-I-N-T-A dan aselik enggak ada faedahnya. Huhuhu. Itu nulis perasaan pribadi sih, niatnya ya cuma buat dibaca sendiri. Tapi lama-lama Mama tahu dan kayaknya marah deh, lalu buang deh tuh diary. Dulu ngerasa sedih, sekarang mah "selameeet...selameeeet... (sambil ngelus dada)" Gimana enggak, sekarang nemu ya jatuhnya malu. Ternyata pernah segalau itu.
Aku sudah mulai mengenal teknik menulis yang baik dan bermanfaat saat kuliah. Sudah enggak main-main, yang tadinya agak jumawa karena bisa nulis mading dan tulisan beberapa kali terbit di majalah, eeeh enggak kusangka sekelas pinter-pinter semua. Minder juga sebenernya, cuma ya masa' mau give up. Mending tetap berteman sekaligus curi-curi ilmu sama yang lebih berpengalaman.
Waktu kuliah aku juga menemukan banyak tantangan, yaitu menulis skenario. Kalau biasanya menulis cerpen atau puisi itu kita cuma berkutat pada imaji sendiri, maka, ketika kita membuat naskah untuk divisualisasikan dalam bentuk audio visual, akan lebih ribet bet bet. Kita kudu mikirin, ini anglenya diambil dari mana nih. Yang cocok meranin karakter siapa nih. Nanti grading filmnya nuansa apa nih. Gaya editingnya slow apa dinamis nih. Semua didiskusikan oleh satu tim. Kebayang enggak yang tadinya nulis buat diri sendiri, berubah jadi nulis buat dibahas banyak orang.
Dan yang lebih gila lagi, program televisi berbeda dengan film. Film fiksi berbeda sama film dokumenter. Film dokumenter kalau mau ditayangkan di televisi kudunya lebih ringan dan estetikanya di perhatikan. Lain film fiksi, lain film dokumenter, ada juga yang namanya film eksperimental. Benang merah dari kesemua itu adalah berdasarkan ide dan konsep yang harus kita tulis sebagaimana mestinya.
Oke, sekarang aku cerita soal blog ya. Tadinya aku membuat blog, lagi-lagi awalnya cuma buat curhat ala-ala puisi satire gitu. Terus sempat rehat lama karena aku beralih ke tumblr. Hiks, sayangnya tumblr sudah enggak ada, padahal banyak juga tulisan dan foto-fotoku di sana.
Jujur saja, setelah punya anak, aku mengalami masa-masa suram. Kebahagiaan kayaknya cuma datang sekejap saja. Kok bisa? Iya, aku sempat vakum bekerja kurang lebih setahun and damn, it was very boring, yo. Aku jadi krisis percaya diri.
Saat itu rasanya susah bener cari kerjaan yang cocok. Kerjaan freelancer yang sudah aku jalani selama ini kok ya enggak mengarahkan aku buat menulis. Beberapa teman lebih mempercayaiku untuk syuting di lapangan. Menjadi Line Producer film-film pendek dan kerjanya tentu enggak fleksibel lagi. Buat bayangannya saja deh, syuting itu enggak pasti yang jam nya. Kadang crew call subuh, dan bisa kelar tengah malam. Kadang bisa sehari cuma syuting satu lokasi, kadang juga bisa berpindah-pindah menyesuaikan jadwal actress utamanya.
Pekerjaan ini jelas enggak bisa aku jalankan sementara jahitan caesarku belum sembuh benar, masih kudu menyusui, dan aku divonis mastitis. Jadinya gimana? Ya aku mundur dari deal yang sudah aku tandatangani. Perih sih kalau ingat. Padahal tadinya mikir, kalau lahiran normal, aku pasti bisa ambil kerjaan biar perekonomian rumah tangga setelah punya anak makin membaik. Tapi nyatanya? Oke, aku menghelas nafas panjang saja sudah paling luar biasa.
Mengasuh anak dan enggak bisa menerima kerjaan karena masih menyusui, sempat membuat aku down. Aku banyak mengalami hal yang mengejutkan dan punya anak merubahku 180 derajat. Merasa susah dapetin temen curhat, lalu dengan sangat hati-hati aku menulis pengalamanku tersebut di blog lantas membagikannya di sebuah grup ASI.
Baca juga: Sembuh Dari Mastitis Dan Baby Blues
Dan....seperti yang sudah diduga, postinganku cukup viral karena banyak dishare sama para ibu yang bernasib sama. Bersamaan dengan itu, sebetulnya, aku juga punya pikiran gimana kalau naskah-naskah yang pernah aku tulis, diletakkan di blog saja biar kalau ada yang tanya portfolio, tinggal aku arahkan ke blog. Biar deh, sudah jarang terima tawaran syuting di luar, aku kan bisa menulis naskah sambil momong anak. Pokoknya gimana caranya aaku dapat kerjaan yang fleksibel, yang bisa aku kerjakan sambil momong anak.
Usahaku berbuah pelan-pelan. Cuma ya itu, aku malah asik dan tenggelam sama dunia tulis menulis, sampai lupa skenario enggak aku masukkan di blog. Iya, aku lupa sama tujuanku nge-blog buat apa. Nulis ya nulis terus saja, seakan kayak candu dan berbagi itu semenyenangkan ini. Beneran loh, menulis bahkan bisa jadi healing.
Yang tadinya aku enggak punya tempat curhat, yang biasanya aku mengasuh anak dan banyak dipush oleh omongan sekitar, dengan menulis di blog, i do speak up my mind kepada khalayak ramai. Aku sudah males sama mom war dan menanggap bahwa apa yang kita jalanin selalu benar.
Di blog aku berani nangis, berani mengeluh, berani berekspresi, aku jadi kembali percaya diri. Sampai akhirnya aku mengenal salah satu komunitas blogger terbesar bernama Blogger Perempuan. Secara enggak langsung, efeknya banyak. Hanya di rumah, aku bisa dapat banyak insight, banyak teman baru, seakan membuka mataku lebih lebar bahwa dunia itu damai sejahtera.
Jika sekarang kalian menemukan blog gado-gado yang bertemakan Lifestyle ini, sesungguhnya ada passion tersembunyi, ada harapan teruntai, dan ada kebahagiaan ketika aku bisa berbagi. Menulis blog seperti menulis diary, menulis blog seperti membuat self branding, menulis blog bahkan bisa mendatangkan rejeki.
Menulis blog saat ini bukan pekerjaan utama, tapi untuk pekerjaan sampingan. Belum terlalu banyak menghasilkan kok. Karena ya awal tujuannya memang untuk bersenang-senang: menyalurkan ide, sebagai portofolio, juga sebagai tempat berkeluh kesah ketika aku butuh tempat untuk berbagi.
Aku ngeblog memang belum professional, cuma siapa sih yang tahu nantinya kita bisa bergerak maju pelan-pelan. Bagiku, mengasah kemampuan menulis dan melatih biar otak kita terus bekerja sesuai porsinya adalah yang utama. Aku berusaha enjoy ngeblog supaya enggak jenuh. Itu dulu deh, baru nanti mikir ke arah yang lebih serius.
So, intinya kalau ada yang tanya "kenapa sih kamu ngeblog", jawabannya sudah aku tulis sebagai judul di atas.
#BloggerPerempuan
#BPN30dayChallenge2018
#day1
0 komentar