NGOMONGIN KOLEKSI
Setuju enggak sih, ketika kita sudah punya anak, ngoleksi barang tuh rasanya kayak hal yang mewah? Karena menuruku pribadi, fase berumahtangga plus punya kucrit tuh beneran yang menyita waktu dan tenaga. Jangankan inget buat ngoleksi barang, wong yang butuh-butuh saja kadang lupa kok.
Source: https://pixabay.com/en/books-bookshelf-classic-collection-1866844/ |
Kalau aku misalnya gini, sepatu ku sama suami yang buat olahraga sudah pada uzur. Selain warnanya sudah amit-amit, solnya juga kelihatan banget sudah lepas. Mengingat sepatu sport ini sering kami gunakan, jadi ya rasanya enggak enak dipakai.
Suami terutama, yang tiap minggu rutin badminton sama Volly. Sedangkan aku sendiri paling buat senam. Kalau yoga kan di ruangan, jadi enggak butuh alas kaki. Nah, sudah diplanning nih, besok begitu ada duit lebih, engga usah banyak cing cong, langsung beli. Sudah milih-milih juga gambaran sepatunya bakal kayak apa.
Suami terutama, yang tiap minggu rutin badminton sama Volly. Sedangkan aku sendiri paling buat senam. Kalau yoga kan di ruangan, jadi enggak butuh alas kaki. Nah, sudah diplanning nih, besok begitu ada duit lebih, engga usah banyak cing cong, langsung beli. Sudah milih-milih juga gambaran sepatunya bakal kayak apa.
Tapi, setelah gajian, adaaa saja alasan buat ngabisin uang. Ngabisinnya yang enggak penting lagi. Kami sudah mau beranjak ke sport station nih, eeeh malah nyasarnya ke kids station, lihat mainan, lihat baju-baju, lihat sepatu-sepatu. Di situ seringnya keinginanpun berubah, dari yang mau beli sepatu buat diri sendiri, beralih ke beliin sepatu buat anak.
Mikirnya gini, "Ih lucu, alya pasti cantik kalau dipakein ini. Eh lha terus sepatuku gimana ya, ya sudah disol saja kan masih bisa" Ya sudah gitu terus sampai aku enggak beli beli sepatu baru.
Hayati lelah, bang!
Mikirnya gini, "Ih lucu, alya pasti cantik kalau dipakein ini. Eh lha terus sepatuku gimana ya, ya sudah disol saja kan masih bisa" Ya sudah gitu terus sampai aku enggak beli beli sepatu baru.
Hayati lelah, bang!
Ini baru soal sepatu sport. Belum soal koleksi lain waktu zaman masih muda, kayak kamera, buku, vintage stuff, aaah banyak. Sekarang mah boro-boro ditambah, yang ada malah dikurang-kurangin.
Berhubung kali ini temanya 5 barang koleksi pribadi, ya sudah, aku cari-cari saja yang masih ada. Enggak banyak kok, karena aku sudah tobat pindahan rumah yang berjibun barangnya. Susah bener deh, mending yang praktis-praktis saja kalau bisa. So, barang koleksiku pun menyesuaikan, selagi masih bisa dikoleksi, ya dirawat. Kalau rusak, buang saja toh kami bukan pengepul rongsokan. So sad, yet true.
Okay deh, ngomongin soal koleksi pribadi, aku jabarin satu per satu ya, barang koleksi yang masih ada di rumah. So, ini dia:
Okay deh, ngomongin soal koleksi pribadi, aku jabarin satu per satu ya, barang koleksi yang masih ada di rumah. So, ini dia:
1. KAMERA LAWAS
Kesenengan suamiku berburu barang klitikan setidaknya membuahkan hasil. Salah satu yang paling wow dan bisa dijual lagi, ya kamera lawas ini.
Didapat dengan harga yang cukup murah, beberapa kamera berhasil kami bawa pulang, tapi ya jangan lantas jadi perbandingan. Kami bisa saja dapetin kamera bagus tanpa ngotot nawar, tapi enggak jarang kami dipandang sebagai orang berada sehingga harga jual naik berkali-kali lipat. Makanya, ketika kamu niat ingsun berburu barang di klitikan, dandananmu jangan necis-necis amat. Jangan kelihatan kayak pengepul lalu dijual lagi. Anggap saja cari barang ya cuma buat dikoleksi.
Baca juga: Berburu Kamera Lawas
Kami berhasil mengoleksi kamera seperti Canonet QL17-GIII, Olympus Pen, lomo, sampai polaroid. Aku enggak perlu detailin harganya ya, karena beneran harga bukan jadi patokan kalau sudah bicara barang klitikan. Di klitikan, kita hanya akan bertemu pada sebuah kata bernama: keberuntungan.
Kamera-kamera ini dulu masih sering kami pakai buat eksperimen. Maklum, lagi giat-giatnya belajar motret manual lagi, siapa tahu bisa buat pameran. Enggak disangka sih, ternyata banyak juga yang ngikutin kami terus ikut-ikutan seneng hunting di loakan. Cuma ya, beneran, kalau enggak punya soul dalam tawar menawar, mending enggak usah terjun sekalian. Karena berburu loakan, termasuk kesenengan yang enggak bisa dipaksakan.
2. BUKU
Lupa kapan terakhir beli buku buat dibaca sendiri. Sekarang ini lebih sering beliin buku buat Alya sih, mulai dari yang hard cover, sampai yang tipis-tipis beli di sekolah saking murahnya. Enggak ada kriteria tertentu, asalkan bagus gambarnya dan kontennya berguna, ya sudah, tinggal bayar, beres. Apalagi buku mewarnai dan menggambar. Wah jangan tanya, sampai sobek-sobekpun tetep diwarnainya.
Oke, kembali ke buku koleksi pribadi aku ya. Dulu tuh aku paling suka koleksi buku yang berbau komunikasi, novel satir, pengetahuan alam, sosial, dan sejarah. Enggak terbatas suka baca fiksi doang, buatku sekali gajian, pasti menyisihkan uang buat beli buku barang satu dua.
Ngelihat rak penuh buku bagai kebanggaan sekaligus kepuasan. Wah, aku bisa baca segini banyaknya ya, wah aku bisa beli banyak buku ya, jadi aku harus gimana? Masa' harus gini-gini saja? Nah itu tuh, yang kadang bisa jadi bahan refleksi, karena beneran deh, buku jendela dunia. Ketika kita sudah baca, kita akan ketagihan. Ketika kita sudah kecanduan, pasti ada hal yang akan membuat kita menjadi lebih giat berkarya. Gitu sih kalau aku.
3. SEPATU
Tadi kan aku cerita soal sepatu sport ya. Sebenernya, aku suka beli sepatu sejak dulu. Ya untungnya ukuran sepatu enggak berubah sih, jadi sepatu lawas tetep bisa kepakai. Enggak kebayang kalau berubah, wah banyak yang bakalan dibuang percuma, kan lagi-lagi so sad.
Sehari-hari, aku paling suka sama sepatu model sneaker yang simple. Atau slip on yang tinggal lheb, mengingat mobilitasku yang tinggi. (Mobilitas apa, momong Alya doang loh ribetnya haha). Sepatu-sepatu model sport menurutku gampang dimatchingin sama baju apa saja. Mau rok, jeans, celana pendek, cucok semua.
Tapi buat kalau jalan-jalan keren, aku lebih suka pakai sepatu boots, sampai ada 5 pasang. Masih sedikit ya, biarin deh, bagiku ini prestasi, karena dapetinnya kadang juga di loakan dan ada yang enggak sampai 50 ribu cuy. Mana mereknya Dog Mart lagi, nikmat mana yang kamu dustakan coba?
Terakhir beli di Galeria Mal Jogja. Dapet boots tapi yang model loafers gitu, jadi pendek sampai mata kaki doang. Enggak sering aku pakai kok, masih bagus banget dan aku simpen di kardus. Mau dijual sayang, tapi disuruh pakai bingung juga. Kapan sih ya, waktu yang tepat buat keren-kerenan. Mana kalau sudah keren, lari-larian kejar Alya dan keringetan. Oh sungguh malapetaka.
Ini termasuk faktor selera. Aku ya, kalau ngelihat hal-hal berbau vintage, rasanya pengen beli. Jiwaku kerasa vintage, tapi keadaan yang sering tidak mendukung. Sekalinya mau vintage, budget terbatas. Enggak total koleksi, jadi mau dipas-pas-in susah.
Barang-barang vintage koleksiku dapetnya ya tetep via loakan dan garage sale. Beberapa diantaranya seperti, alat buat raut pensil, hiasan dinding, tas, dompet, baju, mmm apa lagi ya, oh iya, topi. Dulu sih, lumayan banyak, apa-apa di beli, lha wong di kost isinya barang pribadi.
Sekarang hawanya gatel pengen buang gara-gara barang muakiiiin banyak. Belum mainan dan baju Alya, jadi ya vintage stuffku banyak enggak kepakenya. Rumah sumpek bowk! Enggak ada tempat lagi. Paling dikardusin. Giliran dibuka, eeeh banyak rayap. Ya sudah, harus ikhlas. Yang bisa aku selamatkan, cuma yang bisa aku pakai, seperti tas sama baju. Lainnya, bye! Sedih sih, cuma ya mau gimana lagi.
5. JAKET
Yang terakhir dan yang paling aku lupain, aku ternyata koleksi jaket loh. Ada 10 lebih. Mulai dari yang denim, jaket buat motoran sehari-hari, kulit, cardigan, bomber, sweater, sampai parasut. Tapi asli, nyimpennya mencar semua. Beberapa ada yang hilang, entah deh diambil siapa.
Aku ngumpulinnya sejak zaman masih kerja. Beberapa beli di online shop, distro, sampai di awul-awul, apalagi yang model parasut.
Punya jaket banyak tuh kayak fashion yang enggak ada matinya sih buat aku. Maklum lah, kalau kemana-mana motoran, jadi mau panas, mau dingin tetep pakai jaket. Tinggal sesuaiin saja modelnya. Panas pakai cardigan, hujan pakai parasut. Mudah kan?
***
Nah itu tadi koleksiku. Aku jadi nyari-nyari terus nih, koleksiku yang lain apa ya, soalnya waktu masih muda, aku sering beli barang gitu. Ada sih beberapa kardus yang belum aku bongkar, dan kayaknya di sana ada bermacam-macam crafting hasil karyaku dulu. Aku suka nyulam buat ngisi waktu luang. Oh ada lagi, aku juga suka barang-barang bermotif macan. Tapi ah sudahlah, sudah kulenyapkan semuanya hahaha.
Sekarang lebih banyak ngoleksi buat Alya. Kayak mainan robot-robotan, barbie, little pony, asalkan enggak boneka. Yes boneka-boneka Alya sudah aku sortir dan sudah aku hibahkan ke temen-temenku. Alya enggak bisa deket sama mainan yang berbulu dan syarat sama debu.
Wah malah ngelantur. Ya sudah, blog post ini segera aku akhiri dengan quotes yang aku buat sendiri.
"Yang kamu miliki belum tentu ia akan memiliki mu juga. Karena sesungguhnya, semua ini hanya sementara."
Intinya apa? Pilih yang sesuai dengan kebutuhan dan porsimu, bukan semata karena egomu. Gitu saja kok.
#BloggerPerempuan
#BPN30dayChallenge2018
#day 11
3 komentar
Keren koleksi kamera nya mbaa ��
ReplyDeleteAwul-awul tug mana
ReplyDeleteKalo skr sih koleksiku cm tas dan buku mba. Duuuh itu ga bisa ditahan dah :p. Kalo zaman masih sekolah, smpt kaset, trus sepatu. . Untung skr udh ga hahahaha. Trutama sepatu nguras budget banget. Jd nya ckup barang2 yg gampang dan ga terlalu nguras uang aja. Tas yg aku koleksi jg bukan tas mahal. Tp tas lucu yg modelnya menggambarkan negara yg aku datangin. Jd sekalian souvenir tiap kali pulang jalan2 utk diri sendiri :D
ReplyDelete