BAHAGIA ENGGAK SESEDERHANA ITU
Banyak yang bilang kalau bahagia itu sederhana. Sederhana bisa makan mie instan ketika malam tiba, atau sesederhana bisa berkumpul di rumah bersama keluarga. Tapi bagi aku yang hampir tiap hari bertiga, family time terus, plus ketambahan banyak nyetok mie instan, bahagia itu enggak bisa diciptakan dengan gampangnya loh, pemirsa. Rasanya kami lebih banyak panas ketimbang kendornya. Sebel sih, mau liburan saja susahnya minta ampun. Gimanapun juga, bahagia sebenarnya butuh detail jawaban: apakah aku benar-benar bahagia atau ini pelampiasan emosi sekejap saja?
Bentar-bentar, bukannya aku mau kontra, tapi aku memang enggak suka mengada-ada. Mungkin waktu masih gadis bahagia bisa gampang banget dicari. Misal capek, stress kerja, atau punya masalah cinta, begitu pijet spa, beli baju baru, sampai travelling, semua bisa kelar seketika. Sudah punya suami dan anak ini lain, mau nikmati me time, keingetan anak. Mau pacaran nonton bioskop, dicalling biar cepet-cepet pulang. Mau hore-hore bertiga, ya memang begini terus kerjaannya.
Aku inget banget ketika lahiran, alih-alih aku dan Suami mengalami magical moment, yang ada, habis bukaan lengkap dan aku ngeden Alya enggak kunjung keluar, aku lalu di caesar. Bagi kami saat itu, lebih baik kami istirahat habis perjuangan panjang. Biar deh Alya ditangani suster rumah sakit, biar Suami bisa istirahat dan aku pulih duluan.
Masih kurang jelas definisi kebahagiaannya? Oke, aku ceritain satu lagi ya. Alya kan sudah PAUD tuh. Dulu awalnya, memang Alya yang minta, mau sekolah kayak temen-temennya. Pikir kami, wah sekalian nih, kesempatan. Lumayan kan, 2 jam bisa ngurang-ngurangin capek, bisa ngerjain yang lain-lain ketika Alya sekolah.
Lalu tahu cerita selanjutnya apa? Jika yang lain pada mbrebes mili ketika mengantar anak sekolah, lain dengan kami, kami malah senang, yeay, akhirnya Alya sekolah juga. Sayangnya waktu pertama kali masuk, Alya malah nangis karena kaget sekolah itu kayak gimana. Ya maklumlah, 2 tahun sudah kami sekolahin, anaknya pikir sekolah tuh cuma main, ternyata ada baris-berbaris dan ada aturan pasti. Kzl kan, sudah minta sekolah, begitu diturutin eeeh nangis. Jadi beneran deh, selama 2 minggu, kami sibuk menenangkan Alya biar dia beradaptasi di sekolah barunya. Fiuh, bahagia itu enggak sesederhana itu kan ya?
Baca juga: Akhirnya Alya Sekolah Juga
Tapi jika disuruh menjabarkan definisi kebahagiaan yang sederhana, kalau dipikir-pikir ya ada juga. Ada saatnya, bahagia memang tidak melulu pakai uang. Ada saatnya, bahagia itu datang mendadak tak disangka. Ada saatnya, kita tuh tertawa bersama, yak, bahagia kami identikkan sama tertawa bebas bersama. Yah daripada mikir susah-susah bahagia tuh yang gimana, sini-sini, mending aku jabarin satu-satu ya!
1. NYANYI BARENG
Terdengar alay? OKE, aku terima.
Karaoke bagi kami termasuk kebutuhan pokok. Kebutuhan hore sih tentunya. Hahaha. Karena sekali rumah ini tidak terdengar ada musik yang mengalun dari speaker, justru merupakan pertanda bahwa rumah tangga ini sedang tidak baik-baik saja. Nah, nyanyi-nyanyi bareng kayak gini seperti tolok ukur kebahagiaan kami.
Lucu deh kalau sudah nyanyi bertiga, kami sering ketawa karena Alya. Mana Alya kalau nyanyi pakai bahasa inggris sok-sok-an begitu. Ketambahan Suami kalau sedang kumat, ya bakalan joged-joged diikuti Alya. Mau di rumah, di mobil, atau sewa room buat karaoke, pokoknya nyanyi terooos.
2. KETIKA MEREKA BILANG "MASAKAN MAMA ENAK"
Sebagian besar orang kompak bilangin aku, tipe wanita yang enggak bisa masak. Alias kayaknya kalau masak tuh yang enggak enak gitu loh. Ya memang sih, waktu masih gadis, aku jarang banget masak. Bisa masak malah pas mau nikah, karena ngerasa kalau masak bisa hemat. Kalau hemat bisa beli skincare. Kan gitu mikirnya.
Jadi memasak buat aku kayak kebiasaan wae, enggak yang harus pakai skill maksimal, toh bisa dilatih sama yang namanya jam terbang. Buktinya sekarang aku enggak perlu meraba-raba kalau bikin sambal goreng hati pakai bawang berapa biji, bisa bedain tepung kanji sama tepung terigu, bisa tahu mana kunyit mana laos. Masak lama-lama jadi rutinitas yang enggak perlu dibangga-banggakan "Oh aku nih loh bisa masak. Preeet!"
Tapi, gini-gini aku juga enggak mau kalau, aku sudah meluangkan waktu masak, dicerca pula karena masakannya enggak enak. Pernah sih sekali dua kali ada tamu dateng ke rumah terus tiba-tiba interupsi caraku memasak. Padahal kan tamu ya, tinggal duduk manis, makan sajian saja apa susahnya. Malah ikutan ke dapur. Iya kalau bantuin, lah ini malah ikut campur. Dipikir aku enggak bisa masak apa! Situ siapa, Gordon Ramsey?
via GIPHY
Beruntung, Alya sama Suami tipe orang yang mudah bilang enak. Mama masak sop hambar enak, Mama masak donat gosong enak, Mama masak udang keasinan tetep enak. Hahaha, ya enggak ding. Intinya mereka itu selalu kompak nyemangatin aku. Karena mereka tahu, kunci utama dalam kehangatan rumah tangga ada di tangan Ibu.
Sekali bilang masakan Mama enggak enak, Mama akan marah besar!
via GIPHY
Jadi memasak buat aku kayak kebiasaan wae, enggak yang harus pakai skill maksimal, toh bisa dilatih sama yang namanya jam terbang. Buktinya sekarang aku enggak perlu meraba-raba kalau bikin sambal goreng hati pakai bawang berapa biji, bisa bedain tepung kanji sama tepung terigu, bisa tahu mana kunyit mana laos. Masak lama-lama jadi rutinitas yang enggak perlu dibangga-banggakan "Oh aku nih loh bisa masak. Preeet!"
Tapi, gini-gini aku juga enggak mau kalau, aku sudah meluangkan waktu masak, dicerca pula karena masakannya enggak enak. Pernah sih sekali dua kali ada tamu dateng ke rumah terus tiba-tiba interupsi caraku memasak. Padahal kan tamu ya, tinggal duduk manis, makan sajian saja apa susahnya. Malah ikutan ke dapur. Iya kalau bantuin, lah ini malah ikut campur. Dipikir aku enggak bisa masak apa! Situ siapa, Gordon Ramsey?
Beruntung, Alya sama Suami tipe orang yang mudah bilang enak. Mama masak sop hambar enak, Mama masak donat gosong enak, Mama masak udang keasinan tetep enak. Hahaha, ya enggak ding. Intinya mereka itu selalu kompak nyemangatin aku. Karena mereka tahu, kunci utama dalam kehangatan rumah tangga ada di tangan Ibu.
Sekali bilang masakan Mama enggak enak, Mama akan marah besar!
3. PULANG NUNGGU MAMA
Sekarang aku sudah mulai sering pergi-pergi nih, entah itu urusan kerjaan, belajar nulis naskah, atau ketemu temen-temen. Biasanya kalau pergi bisa yang sehari, dari pagi, pulangnya malam menjelang Alya tidur. Mungkin kalian pernah dengar, sebagian orang pulang kerja dan disambut anak capeknya ilang.
Nah, kalau aku beda, pulang nunggu Mama artinya Alya sudah makan, sudah pipis, sudah gosok gigi, dan mau tidur ditemenin Mama. Istilahnya tinggal diceritain gitu. Karena kalau aku pulang terus kondisi rumah berantakan dan Alya enggak keurus, sekali lagi, Mama akan marah besar.
via GIPHY
Sekarang aku sudah mulai sering pergi-pergi nih, entah itu urusan kerjaan, belajar nulis naskah, atau ketemu temen-temen. Biasanya kalau pergi bisa yang sehari, dari pagi, pulangnya malam menjelang Alya tidur. Mungkin kalian pernah dengar, sebagian orang pulang kerja dan disambut anak capeknya ilang.
Nah, kalau aku beda, pulang nunggu Mama artinya Alya sudah makan, sudah pipis, sudah gosok gigi, dan mau tidur ditemenin Mama. Istilahnya tinggal diceritain gitu. Karena kalau aku pulang terus kondisi rumah berantakan dan Alya enggak keurus, sekali lagi, Mama akan marah besar.
Begini, memutuskan untuk pergi ke luar itu syaratnya banyak. Kira-kira bermanfaat enggak, aku ngeluarin biaya banyak apa enggak, kondisi Alya bisa enggak ditinggal, makanan di rumah banyak atau harus beli. Semua sudah dipikirkan. Ya kali aku pergi tanpa prepare, jadi ketika aku pergi ya aku enggak kepikiran rumah banget biar konsen dan kerjaan lancar. Kerjaan lancar artinya aku bisa pulang cepet.
So, kalau aku dalam keadaan capek terus pulang-pulang Alya riwil, sekali lagi apa? MAMA MARAH BESAR. Baguuus, kompak ya semua?
So, kalau aku dalam keadaan capek terus pulang-pulang Alya riwil, sekali lagi apa? MAMA MARAH BESAR. Baguuus, kompak ya semua?
4. BELANJA
Sederhana enggak? Enggak ya, hahaha. Orang tuh kalau belanja nunggu gajian tiba, mantengin harbolnas, mantengin sale di mana-mana. Sebagai seorang freelancer -yang dibayar pakai termin, dan terminnya kadang luput- ah sudahlah, belanja ya enggak kenal hari spesial. Intinya, asal ada uang dibayar!
Aku sekalinya belanja bisa borong banyak, dan enggak kira-kira. Habis beneran kok, enggak bisa ngepasin diskon, makanya kalau mahal ya mahal saja wong ada duitnya. Aku paling suka belanja bulanan dan ngabisin uang sekali brek. Biar enak itungannya.
Misal awal bulan tuh kebutuhannya apa saja, bayar listrik, bayar tagihan, bayar sekolah, sampai beli sembako, ya harus diprioritaskan dulu. Baru deh tahu sisanya berapa. Nah, sisa uang tersebut bisa buat macem-macem, bisa enggak kita liburan, ada duit enggak buat beli baju, dan lain-lain. Selama ini lebih nyaman pakai skala prioritas dan planning bulanan agar enggak keteteran.
Aku sekalinya belanja bisa borong banyak, dan enggak kira-kira. Habis beneran kok, enggak bisa ngepasin diskon, makanya kalau mahal ya mahal saja wong ada duitnya. Aku paling suka belanja bulanan dan ngabisin uang sekali brek. Biar enak itungannya.
Misal awal bulan tuh kebutuhannya apa saja, bayar listrik, bayar tagihan, bayar sekolah, sampai beli sembako, ya harus diprioritaskan dulu. Baru deh tahu sisanya berapa. Nah, sisa uang tersebut bisa buat macem-macem, bisa enggak kita liburan, ada duit enggak buat beli baju, dan lain-lain. Selama ini lebih nyaman pakai skala prioritas dan planning bulanan agar enggak keteteran.
5. RUMAH BERSIH DAN WANGI
Definisi kebahagiaan terakhir ini paling penting di rumah. Kalau rumah kondisinya berantakan, kotor, bau, wah wah, moodku langsung jelek. Maka, tiap pagi, begitu bangun aku langsung beresin rumah, nyapu, ngepel, nyuci, baru deh mandi. Aku sih percaya, every good mood starts on a good morning.
Aku seneng wewangian khas baju dicuci, bau pencuci piring, dan semprot-semprot ruangan biar sedep dan nafasnya lega. So, kalau ada yang nginep di sini, biasanya sudah tahu tabiatku ini loh. Mereka berusaha biar enggak nyampah, enggak ngrokok di dalam rumah, dan ikutan bersih-bersih. Nah, mantap kan. Jadi Mama senang haha.
Aku paham sih, kenapa Suami kadang bingung menerjemahkan bahasa kalbuku. Apalagi kalau sudah cemberut dan ngambek seharian. Mau disodorin bolu meranti jauh-jauh dari medan ya enggak mempan. Jadi mungkin aku yang harus sadar diri, besok-besok mau komunikasi yang baik sama Suami. Sudah agak dikurangin kok sifat emosiannya, cuma ya, kalau lagi enggak enak hati, semua bakal jadi sasaran kemarahan haha.
Ya sudah deh itu tadi 5 kebahagiaan yang mungkin enggak sesederhana itu. Barang kali kamu punya pendapat berbeda, share di kolom komentar ya. Makasih :)
#BloggerPerempuan
#BPN30dayChallenge2018
#day 27
0 komentar