FASE MEMAKSA
Masih boleh dong, ngomongin fasenya Alya yang makin-hari-makin-bikin-siap-enggak-siap kudu pasang badan. Memang sih, setelah sekitar sebulanan sekolah TK, perkembangannya pesat. Yang tadinya pas PAUD hanya bisa lari-larian ketika disuruh sholat, kini dia bisa tertib masuk masjid, dan tambah hafalan surat-suratnya. Iya, Alya kalau mood-nya bagus dan cocok sama pelatihnya, bakalan cepet menerima pelajaran.
Satu hal yang dari dulu jadi notice setiap Guru, Alya ini tipikal anak komunikatif yang memang menonjol di kecerdasan linguistik. Dia pengen apa selalu ngomong. Misal dinakalin, misal minta sesuatu, misal mengungkapkan emosinya, misal menjawab pertanyaan, dia termasuk anak yang cepat tanggap. Usahaku berbuah hasil kan hehehe.
Yang mau aku bahas di sini adalah, saking Alya komunikatif, Alya ngerasa bahwa "Everything is gonna be okay, kan aku sudah ngomong". Dia belum bisa berpikir sejauh, gimana sih perasaan teman-temannya ketika dia berani ngomong? Apakah temannya sakit hati? Apakah temannya tidak setuju? Nah, itu tuh PR besarnya.
Terlebih soal berbagi. Dia hampir enggak pernah nolak dan selalu membagikan makanannya tanpa diminta. Tapi justru, di sinilah permasalahannya. Saking mikir berbagi itu baik dan semua hal bisa dibagi, dalam artian, yang Alya pikir itu semua orang juga harus membagikan kepunyaannya, Alya jadi anak yang pemaksa, begitu tahu ada temannya yang enggak mau membagikan apa yang dipunyainya. Btw, capek enggak sih bahasanya lol.
So yes, aku pengen membagi cerita ini ke kalian, karena fase memaksa Alya sudah cukup menganggu temannya.
Cerita pertama, waktu masih PAUD.
Setiap anak kan bawa makanan/snack sendiri dari rumah, nah nanti akan dimakan pas jam istirahat sebelum pulang sekolah. Alya biasanya aku bawain nasi sama sayuran, susu, atau selang seling roti/snack. Pokoknya terserah dia deh, aku tanyain dulu maunya bawa bekal apa. Terus langsung aku bikinin pagi-pagi.
Well, mungkin Alya menganut paham rumput tetangga lebih hijau, jadi dia lebih tertarik sama bekal temannya. Dan herannya, temannya kok mau memberikan bekalnya secara cuma-cuma? Sering tuh aku lihat bekal di tasnya utuh, waktu aku tanya "kok bekalnya enggak dimakan?", Alya jawab, "tadi Alya berbagi ma". Masalahnya, berbagi kok makanan dia enggak dibagiin ke temannya, kan aneh.
Aku tegesin dan make sure kalau dia benar-benar dikasih temannya, sampai aku tanyain mamanya, karena siapa tahu ya kan, Alya yang malah minta duluan. Ternyata, kata salah satu orang tua murid, memang ada anak yang suka membagikan makanan ke Alya tanpa diminta. Tapi, pernah juga Alya maksa minta sampai salah satu anak nangis, karena Alya mau barter sama makanannya.
Nah, terjawab sudah kan. Bahwa enggak semua anak berpikiran sama. Ada yang memang rela berbagi, tapi ya enggak salah juga kalau kekeuh itu punyanya. Yang salah kalau sudah memaksa seperti ini. Konsep berbagi yang aku ajarkan berubah rancu.
Cerita kedua, masih anget, baru-baru ini.
Alya kan sudah bisa roda 2, walaupun sepedanya masih sepeda kecil. Sebenernya, sepedanya Alya standart untuk anak sebayanya. Tapi joknya dinaikin pol mentok sesuai tinggi badannya. Terus dia bilang enggak enak, dia lebih suka punya temen-temennya yang cowok. Karena sepeda cewek, ukurannya belum ada yang fit buat Alya. Ya ada sih aku lihat yang lebih besar, tapi Alya belum sampai, masih jinjit.
Aku pernah nih ngelihat Alya memaksa pinjam sepeda temannya, padahal posisi temannya masih pakai itu sepeda. Kata Alya, "aku pinjem dong, kamu kan kalau pinjem mainanku enggak apa-apa?". Ya iya sih, anak-anak komplek kalau di rumah, mau main apa juga biasa langsung ambil, Alya enggak pernah marah, cuma kan di sini dia maksa temannya yang enggak mau minjemin.
Terus yang jadi persoalan, kadang temannya cowok itu disuruh tukeran, padahal sepeda Alya cewek abis. Mana mau temannya pakai sepeda Alya. Sampai pernah loh, Alya nangis gara-gara kejadian paksa memaksa ini.
Aku berkali-kali jelasin kalau memaksa itu enggak baik, enggak benar, dan aku balikin ke Alya, misal dipaksa bagaimana. Tapi di situ juga Alya ngeles kalau dia enggak pernah nolak apa yang diminta temannya. Kalau sudah begini, apa mending enggak usah diajarin konsep berbagi sekalian yak? Kraaaay.
Oh iya aku tegaskan di sini, Alya memaksa enggak ada hubungannya dengan manja karena apa-apa diturutin. Pembaca blogku pasti tahu dong, aturan 'delay gratification' buat Alya, bahkan kadang Alya enggak aku turutin kemauannya sama sekali. Sifat maksa Alya, murni karena konsep berbagi yang salah kaprah, dan aku enggak nemu tips artikel yang sesuai untuk aku pelajari. Banyakin cuma ngajarin berbagi itu baik, tips biar anak mudah berbagi, atau mengatasi anak yang tidak mau berbagi.
Baiklah, sesuai paragraf pertama blogpost ini, bahwa jadi orang tua harus siap tidak siap harus siap, maka aku amati dan ulangi lagi pelajaran berbagi untuk Alya. Caranya bagaimana? Enggak sulit kok, cuma butuh ekstra ketelatenan dan monitoring kegiatannya. Misal kita enggak bisa nempel aktivitasnya seperti pas di sekolah, selalu tanyakan pada anak, tadi dia melakukan apa saja dan selalu kroscek ke Guru/temannya. Jadi istilahnya, aku mempercayai Alya untuk bercerita, tapi aku juga harus punya sudut pandang lain. Karena kadang anak bisa lupa, bisa saja bohong, bisa saja kesusahan menceritakan.
Tiap malam aku tanyain terus, dan beberapa kali aku ulang, dengan maksud Alya enggak plin plan cerita. Memang kedengarannya kok segitunya sih, tapi treatment ini cocok di Alya karena anaknya komunikatif dan memang suka cerita.
Saat ini aku tekanin, kalau misal Alya butuh sesuatu, itu ngomongnya harus ke aku. Jangan pernah memaksa apa kehendaknya ke temen-temennya. Mending dia enggak usah berbaik hati berbagi deh, ketimbang jatuhnya maksa. Nanti jatuhnya pamrih dan enggak ikhlas. Yaaah, walaupun anaknya belum paham, setidaknya aku ulangin terus supaya alam bawah sadarnya mengikuti. Konsep berbagi sejatinya adalah kesadaran satu sama lain kan.
So far, Alya makin mudeng dan aku sudah jarang dengar dia maksa ambil punya temannya. Sekarang tiap mau sepedaan, dia selalu pakai punyanya sendiri, dan kalaupun tukeran, itu sama temannya yang sama-sama mau.
Sementara itu soal makanan, di sekolah Alya kan semua anak dibagiin snack catering dari sekolah, jadi semua sama rata. Alya masih aku bawain snack bikinan sendiri sih, tapi karena keadaan yang mengharuskan. Selama bronkitisnya belum sembuh betul, Alya enggak boleh makan makanan yang aneh-aneh. Snack yang dari sekolahan, dia bawa pulang dan dia makan bekal yang aku buatin. Alhamdulillah anaknya ngerti, Gurunya pun turut ngasih tahu dan ngasih pengertian ke teman-teman yang lain. Aman deh, enggak khawatir lagi.
Semoga ke depannya Alya makin paham dan makin bersikap baik ya. Karena gimanapun, aku percaya sih, golden age itu penentuan sikap anak ke depan. Makanya, aku benar-benar memperhatikan, sekali ada yang kurang berkenan, langsung aku benerin, supaya enggak merembet keburu gedhe susah dikasih tahu.
Oh iya, kalau kalian punya masukan, silahkan tinggalkan di kolom komentar ya. Dengan senang hati akan aku catat dan jadikan bahan pertimbangan. Thank u :)
0 komentar