MUST HAVE COOKIES RAYA FOR IED
Salah satu hal yang aku suka pada saat Ramadan dan Lebaran tentu adalah kuliner dan menunya. Rasanya, bau baking di setiap rumah yang bukan tukang jual kue itu identik dengan momentum, kebersamaan, dan keceriaan. Sejak kecil, hidangan lebaran yang ada di rumahku nyaris biasa aja, enggak ada special, dan justru malah identik dengan keripik-keripik. Ya ada sih satu dua cookies, tapi itu juga seringan karena dapat parcel dari beberapa klien papa/ perusahaan tempat mama bekerja. Untuk cookies premium yang dijual di pasaran, atau ala-ala bikin sendiri itu, bisa dipastikan nyaris enggak pernah ada. Simply, karena Mama enggak suka kue. Sukanya keripik wes titik.
Aku dan adekku yang kedua sebetulnya suka banget kue kering. Jadi kami cenderung tahu rasa kaastengel, nastar, putri salju, atau kue semprit, biasanya ya karena silaturahmi dari rumah ke rumah. Baik ke saudara, atau tetangga. Agak saru sih emang, tapi ya hidangan kan emang buat dimakan. Malah hidangan di rumah aku jarang makan.
Karena memori kecilku tentang ramadan dan lebaran (or anything sih) seringnya teringat membingungkan, jadi dewasa ini aku semacam balas dendam untuk memilih apa yang aku suka. Aku bisa beli baju baru tanpa dipilihkan Papa Mama, dan aku bisa bikin kue karena aku udah tau mana yang cocok di lidahku. In fine, now I am happy because in my own home there are various cakes that I really love - every ied.
Kue-kue yang aku suka ada banyak sih, mulai dari citarasa coklat, keju, dan selai-selai jadul rumahan seperti nanas atau strawberry. Cuma ada beberapa bahan yang harus aku kurasi karena aku enggak suka rasa yang cenderung manis dan eneg. Untuk keju sendiripun, aku udah cukup bisa ngerasain mana yang premium, mana yang mix, mana yang biasa-biasa aja. Jadi, aku udah pede bikin beberapa kue kering berdasarkan resep yang udah aku sesuaikan. Tapi, juga ada kue kering yang lebih baik aku beli di luar saking maju mundurnya karena takut hasilnya enggak maksimal.
Kue-kue favoritku dan harus ada saat lebaran tiba, sebagai berikut:
1. KAASTENGEL
Yes, for sure! Aku penyuka Kaastengel garis keras sejak bisa ngerasain keju dengan sebenar-benarnya. Kue ini konon berasal dari Belanda, dan dulu digunakan sebagai pengganti mata uang. Dulu, keju tuh memang mahal, sehingga dianggap sebagai makanan yang cukup bergengsi, terutama di Kota Krabbedjike.
Kaastengel masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda, dan biasa disajikan di rumah-rumah atau pegawai Belanda yang menikah dengan warga Indonesia. Karena akulturasi budaya tersebut, kaastengel jadi banyak digunakan sebagai sajian istimewa terutama di hari raya.
Setelah banyak icip kaastengel sana sini, aku jadi ngerti bahwa kue ini bisa disesuaikan dengan budget, yang mempengaruhi pilihan kejunya. Kalau kaastengel yang premium, biasanya pakai keju gouda, edam, parmesan, maupun cheddar. Tapi ada juga kaastengel yang bikinnya pakai keju biasa atau bahkan keju kiloan mbuh mereknya apa dan dijual murah di pasaran. Enggak usah jauh-jauh nyari buktinya, wong Eyangku aja pertama kali bikin kaastengel dengan tambahan royco supaya lebih gurih kok! Rasanya jangan ditanya, seperti kue tapi ada citarasa sop nusantara! Antara asin gurih, tapi kok ada hint kaldu ayamnya. Ya apa enggak bikin ketawa? Memang eyangku ini juara kalau bikin yang aneh-aneh.
Tapi kami sebagai keluarga tetap happy dan enggak nganggep itu sebagai sesuatu yang harus dinilai secara berlebihan sih. Seperti yang aku percayai, kalau kita bukan tukang kue dan berani bikin kue, itu artinya kita sedang belajar proses. Kadang kita malah enggak expect ke hasil, tapi menikmati cara demi cara, yang nantinya akan membuat kita perlahan tahu mana yang terbaik. Bikin kue itu momentum, keceriaan, kebersamaan, bahkan healing untuk sebagian orang. Repot amat baru sekali bikin udah di-judge macam-macam.
2. NASTAR
Kue kedua yaitu nastar. Aku paling suka nastar nanas, yang selainya bener-bener bikin sendiri karena again, kita bisa nakar sesuai selera. Selai nanas yang dijual di luar, seringnya agak lembek, terlalu artificial, dan eneg kalau banyak-banyak dimakan.
Sejujurnya aku lebih suka nastar yang punya kekuatan aroma cengkeh, karena rasanya jadi agak pahit-pahit ngangenin. Dulu waktu kecil, tiap bikin nastar di rumah eyang, tiap bulatan nastar pasti ditancepin cengkeh. Nah, kata suamiku, alasannya karena dulu harga cengkeh cenderung murah. Sekarang agak mahal. Kalau mau dikasih cengkeh di semua bulatan nastar, rasanya kayak sultan haha.
Nastar sekarang yang sering aku temui, banyak yang kempling-kempling. Bentuknya bulat cakep-cakep. Kemarin pas aku bikin sendiri, topper dari kuning telur ini aku olesin semampunya aja dan cenderung aras-arasen. Hehe. Jadi hasilnya emang kelihatan banget kurang berkilau, dan bikin tampilan nastar kurang menarik. Padahal kalau soal rasa udah juara loh. Next aku mau bikin lagi ah, karena sekarang aku udah ngerti tips and trick-nya.
3. THUMPRINT COOKIES
Another cookies yang aku suka, thumprint cookies. Biasanya yang aku suka topping nutella, tapi strawberry juga suka. Thumprint yang aku suka ada parutan kejunya, karena bikin rasanya jadi kaya. Manis, tapi gurih. Kalau makan enggak kira-kira karena enak banget saudara-saudara!
Nama thumprint ini karena emang cara membuatnya seperti ditekan dengan jari jempol, dengan maksud supaya enggak perlu banyak cetakan. Adonan kue digulung menjadi bola, diratakan dikit, baru ditekan dengan jembil di bagian tengah supaya jadi ada cekungan. Nah, cekungan ini lalu diisi selai atau sesuatu yang manis. Kue sidik jari ini dikenal sebagai hallongrotta dalam bahasa swedia yang berarti gua raspberry. Kue ini emang asli swedia, dan biasa disajikan saat moment besar seperti natal. Mungkin karena mereka menyajikan pakai selai raspberry, jadinya dinamai gua raspberry. But anyway, tetap enak sih pakai selai apapun sesuai selera.
4. CHOCO CHIP ALMOND COOKIES
Kue kering satu ini baru nyoba juga sih, karena dari dulu aku suka sama cookies kayak good time. Nah, karena Alya ini jarang bisa makan yang ada pengawetnya, jadi mau enggak mau bikin sendiri. Dan ketika kemarin sempet nyobain bikin cookies ini ternyata Alya suka banget! Sampai habis beberapa cookies sendiri loh.
Aku bikinnya tipe yang kering. Kan ada tuh yang soft cookies, dan ya sama enaknya sih. Cuma supaya lebih awet disimpan, jadi aku bikin yang kering. Bikinnya gampang kok, aku manut resep di youtube dan pakainya coklat dark choco karena aku enggak suka yang terlalu manis lebay. Gulanya sendiri aku kurangi karena kalau kebanyakan waduh jadi tambah eneg. Supaya lebih variatif, aku beri taburan almond dan choc chips secukupnya. Rasanya agak pahit, dan manisnya tipis. Karena udah berhasil bikin sekali, jadi aku pede menyajikan kue ini sebagai hidangan lebaran besok. Atau boleh deh sesekali aku kirim ke temen-temen biar ikut ngerasain juga. Seneng rasanya kalau apa yang kita bikin, ikut dinikmatin temen-temen dan ngerasa enak semuanya. Hehehe.
***
Walaupun sekarang udah bisa bikin kue sendiri, tapi sebiasa mungkin enggak memakannya setiap hari biar enggak bosan. Aku tetap akan membuat kue-kue ini sebagai citarasa klangenan, supaya kita jadi ada semangat untuk bertemu di ramadan selanjutnya.
#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 27
0 komentar